Indonesia
adalah negeri penuh ironi. Sumber dayanya melimpah tapi juga banyak warga
negaranya yang melarat. Wilayahnya
begitu luas, tapi masih ada saja yang tak punya tempat tinggal. Pemudanya
sangat banyak, tapi produktivitasnya rendah dan justru memperparah keadaan di negara
ini. Bobrok moral, bobrok identitas, bobrok ilmu dan segudang jenis
bobrok-bobrok lainnya.
Indonesia
harus segera berbenah. Potensi-potensi pemuda Indonesia adalah kekuatan yang
tiada tandingannya di dunia. Tak bisa kita terlalu lama bernostalgia mengenang
bagaimana kerja keras pemuda-pemuda terdahulu untuk mencapai kebebasan itu.
Tantangan di era ini jauh lebih besar.
Jika pemudanya masih merasa aman dan terlena, jangan harap bangsa ini
akan jaya.
Mungkin
kita sekarang masih beruntung masih bisa minum susu, masih bisa duduk di kelas
untuk menuntut ilmu, masih bisa bersantai. Tapi jika kita mau melirik ke
kanan-kiri, depan-belakang kita, masih banyak orang yang masih jauh menderita
dengan sejuta kemelaratannya. Jangankan pendidikan yang tinggi, untuk bisa
mendapatkan sesuap nasipun mereka harus terseok-seok.
Indonesia
tak hanya membutuhkan pemuda yang berkompeten di bidangnya.
Tak hanya butuh pemuda yang cerdas, punya
prestasi ini itu dan sederet kelebihan-kelebihan lainnya. Negara ini hanya
butuh pemuda yang tahu diri. Pemuda yang mau berempati pada masalah-masalah
sosial di saat pemimpin negara ini yang belum bisa terlalu diandalkan. Bukan.
Bukan berarti mereka tak melakukan apapun, tapi mereka terlalu kewalahan
menghadapi kemelaratan dan ketidakberpihakan yang teramat banyak. Pada titik
inilah peran pemuda sangat dibutuhkan: membantu menyelesaikan PR pemimpin yang
masih terbentang luas di depan mata. Memang dampaknya tak terlalu berimbas,
namun yakinlah pekerjaan kecil yang dilakukan dengan serius akan menjadi sebuah
perubahan yang besar.
Sebagai
manusia yang sedikit beruntung masih bisa berpendidikan, punya sedikit waktu
luang, materi, tenaga dan pikiran sudah saatnya pemuda bergerak. Cicil satu
persatu masalah-masalah di negeri ini. Janganlah jadi pemuda yang hanya bisa
statis, bersikap sok tua hingga hanya bisa ongkang-ongkang kaki. Jangan pernah
sia-siakan nikmat yang sedikit berlebihan ini tanpa dibagi pada sesama kita
yang membutuhkan. Bukankah semakin tinggi tingkat pendidikan dan kedudukan
seseorang itu berbanding lurus dengan tingkat kepedulian kita? Kalaupun yang
terjadi justru sebaliknya, maka itu adalah kesalahan individual. Human eror.
Pemuda-pemuda
yang masih merasa egois dan mementingkan perutnya sendiri sudah selayaknya
hengkang dari negeri ini. Lebih baik pergi saja ke negara lain yang isinya
orang kaya dan tak ada yang membutuhkan sama sekali. Indonesia segalanya harus
dibagi, serba gotong royong. Tak bisa kita berkenyang ria sementara orang-orang
di sekitar bisa menjerit kelaparan.
Jangan
pernah bilang kita belum berpenghasilan, belum cukup umur dan alasan-alasan
lainnya hingga tak bisa berbuat apapun. Pemuda tak boleh hanya diam. Cukup
orang-orang lanjut usia saja yang istirahat. Pemuda tak boleh lelah. Jika
memang masih terlalu banyak alasan untuk memulai berempati, silahkan jadi
pemuda yang bermental seperti orang lanjut usia.
Lakukanlah
sekarang dengan tepat sasaran. Jangan hanya berkoar-koar di jalanan menyalahkan
hasil kerja pemimpin bangsa ini yang belum maksimal. Pemudalah yang harus
membantu memaksimalkan tanggung jawab itu. Anggap saja wujud kepedulian kita
adalah bentuk rasa terima kasih pada Sang Kuasa atas segala nikmatNya. Sudah
saatnya Indonesia berproses menuju kejayaan. Dan empati adalah salah satu jalan
menuju masa depan itu.
NOTE: Esai yang ditulis untuk memenuhi persyaratan mengikuti Sekolah Pemuda Bangsa BEM Unsoed
This post have 4 comments
SALAM KENAL BLOGGER KEBUMEN
ReplyDITUNGGU KUNJUNGAN BALIKNYA
http://www.data-smaku.blogspot.com/
Salam kenal juga. Maaf baru bisa balas.
ReplySaya masih amatiran dalam blogging. Saya harap kita bisa saling berbagi terutama masalah desain web.
salam kenal..
Replyvisit my blog http://ihwanfollowers.blogspot.com/
ditunggu
Nice to see you too Ihwan.
ReplyEmoticonEmoticon