Sehari setelah kunjungan pertama ke psikiater, saya mulai mencatat reaksi obat yang diresepkan dr. Ndaru. Saat itu, saya diresepkan anticemas 1 x 0,5 mg untuk diminum sebelum tidur dan 1 x 10 mg antidepresan yang diminum pagi setelah sarapan. Hari pertama yang saya rasakan rasanya biasa aja kecuali kualitas tidur saya yang mulai meningkat. Saya sama sekali tidak terbangun saat malam dan ini membuat kualitas tidur saya juga semakin membaik. Sebelumnya, setiap malam saya bisa terjaga sebanyak enam kali tiap malam dan ini buruk. Meskipun saya bangun tidur dengan badan yang jauh lebih segar meskipun isi pikiran saya tetap buruk.
Hari kedua sampai ketiga setelah kunjungan saya, keadaan jauh lebih membaik. Saya sudah tidak merasakan cemas dan mulai bisa bekerja setiap pagi hingga siang. Ya, hanya saat pagi hari saya keadaan saya membaik, sisanya saya tetap cemas dan sesak napas.
Hari Jumat, saya memutuskan untuk membuat janji untuk bertemu dengan psikolog di rumah sakit yang sama. Jadwal psikolog di rumah sakit itu hanya tiga hari seminggu yaitu Senin, Rabu dan Jumat. Saya memutuskan untuk datang hari Jumat karena selang tiga hari kemudian, saya harus check up dengan dr. Ndaru. Saya bisa melaporkan progress terapi kepada dr. Ndaru.
Saat kunjungan ke psikolog, saya mulai menceritakan kondisi saya. Saya kemudian dicoba untuk diterapi dengan teknik hipnoterapi, meskipun pada akhirnya tidak cukup berhasil. Psikolog mengatakan jika saya sudah terlalu freeze sehingga saya tidak bisa menarik kembali memori lama saya. Rupanya, saya terlalu banyak menyimpan emosi negatif bertahun-tahun dan menjadi susah terurai. Psikolog lalu menyarankan saya untuk belajar meregulasi emosi, salah satunya adalah dengan olahraga. Saya disarankan untuk lari atau bersepeda setiap sore antara jam 16.00 sampai sebelum maghrib.
"Lakukan sampai kamu ngos-ngosan. Harus dilakukan di luar rumah biar kamu bisa dapat udara segar."
Saya hanya tersenyum. Saran itu terdengar mudah, tapi faktanya itu cukup sulit. Saya sebenarnya sudah sering olahraga, tapi hanya yoga peregangan di atas matras di dalam kamar. Lari di luar rumah saya memilki tekanan dua kali lebar besar dari yang saya bayangkan. Pertama saya harus lari, yang kedua saya harus melakukannya di luar rumah. Dua hal yang saya hindari selama ini. Sama seperti orang dengan gangguan cemas lainnya, kegiatan berinteraksi dengan orang di luar rumah adalah hal paling menyebalkan. Saya lebih nyaman menempati kamar seharian, bekerja dan menciptakan dunia saya sendiri di sana.
"Kalo kamu malas ketemu orang, lakukan habis maghrib."
Upss, psikolog perempuan itu rupanya membaca pikiran saya. Lagi-lagi saya hanya tersenyum, menjawab 'iya' dengan senyum tidak yakin. Setelah sesi konsultasi selama sekitar 40 menit, saya akhirnya keluar ruangan sesi dan membayar ke kasir. Biayanya konsultasi pertama sekitar 60ribuan yang terdiri dari biaya konsultasi dan sesi hipnoterapi. Saya membayar di salah satu bank milik pemerintah dan menyapa teller bank yang menerima pembayaran konsultasi saya.
"Senin kita ketemu lagi, ya..." Saya tersenyum sembari melirik namanya di atas meja, "... Mbak Moza."
Saya tersenyum lalu pergi meninggalkan rumah sakit setelah menerima bukti pembayaran. Perjalanan ini rupanya cukup panjang.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon