Beberapa hari lalu saya bermimpi. Tidak terlalu buruk tapi cukup untuk membuat saya merenung. Saya bermimpi sudah meninggal, masuk ke dunia lain dan satu hal yang saya ingat, saya menangisi anak laki-laki yang saya taksir usianya mungkin baru beberapa hari. Saya berkesimpulan jika saya mungkin meninggal setelah melahirkan. Saya sempat berpikir, betapa menyenangkannya meninggal dalam keadaan seperti itu. Meninggal dalam keadaan syahid, kata Tuhan. Saya selalu bercita-cita meninggal dalam keadaan paling baik. Biar saya layak menghadapi Tuhan. Mungkin meninggal setelah melahirkan adalah cara terbaik untuk saya yang pendosa ini.
Tapi itu hanya terlintas di pikiran saya sebentar saja. Saya memikirkan hal lain yang lebih krusial. Saya mengingat kembali mata anak laki-laki yang saya tangisi. Saya berpikir, bagaimana dia bisa tumbuh tanpa seorang ibu. Saya tahu, jika saya mungkin tidak akan menjadi seorang ibu yang baik, tapi memikirkan anak sekecil itu tumbuh hanya didampingi ayahnya, saya enggak tega. Saya tahu, berapa banyak juta anak-anak yang hidupnya berantakan hanya karena tidak ada kehadiran ibu di sisi mereka, meskipun seharusnya saya engga perlu khawatir, anak-anak di dunia ini akan akan tetap dilindungi Tuhan. Tapi memikirkannya saya enggak tega.
Beberapa tahun yang lalu, sepupu saya meninggal. Dia baru saja melahirkan anak keduanya. Usianya baru sebulan. Kakaknya si bayi bahkan usianya masih di bawah lima tahun. Ketika itu, saya lihat si Kakak yang duduk di dekat ayahnya yang menangisi kepergian ibunya. Anak itu tidak menangis, hanya diam memegang lengan baju ayahnya dan menatapi para pelayat yang hadir. Saya takziah ke rumahnya, memeluk si kakak sebentar dan sempat menggendong bayi sepupu saya yang tertidur. Pulas sekali. Saya lihat wajahnya yang kecil dan menghitung jari-jarinya yang mungil. Kasihan sekali, pikir saya waktu itu. Bagaimana dia nanti tumbuh? Saya menaksir, seberapa kuat ayahnya merawat anak-anak itu tanpa istrinya? Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu saya semalaman. Saya kesulitan tidur beberapa hari. Lalu, setelah beberapa tahun berlalu, saya mimpi meninggal setelah melahirkan dan ninggalin seorang bayi laki-laki.
Saya paham kok, meskipun saya mati dan punya seribu anak sekali pun, mereka akan baik-baik saja. Tuhan akan mengurus mereka dengan baik, jagain mereka dan membuatnya tumbuh. Tapi kalo saya boleh memilih, setelah punya anak, saya ingin tetap hidup dan mendampingi mereka tumbuh. Saya ingin menemani mereka, melihatnya belajar berjalan, mengantar ke sekolah, melihatnya membawa pacar ke rumah dan kesempatan-kesempatan lainnya. Saya ingin tetap hidup meskipun saya tidak akan menjadi ibu yang sempurna.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon