Sabtu, 02 Januari 2021

author photo
bentar Dibaca

Saya merasa covid 19 semakin dekat sama diri saya dan malam tahun baru ini, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Saya emang enggak terlalu suka keluar saat tahun baru. Jalanan macet dan buat apa repot-repot ngeliat kembang api di tengah kerumunan manusia. Lagian hujan dari sore  dan saya enggak ada niatan untuk kerja. Saya berharap hujan turun sampai pagi dan orang-orang akan menghabiskan malam pergantian tahun baru di rumah masing-masing.

Saya tidur sehabis isya dengan perasaan yang berantakan. Saya berjanji agar pas tanggal 01 Januari 2021, saya sudah closure dari semua masalah kemarin. Cuman sekitar jam 20.00 malem, Elqi, teman saya di Dimensi Kata (DK) menelpon saya. Beberapa jam sebelumnya, saya nelpon dia tanpa konfirmasi. Saya nelpon dia tujuannya untuk nenangin kepala saya yang berisik. Pembicaraan kami cuman sebentar dan setelahnya Elqi nanyain, "Ada apa? Perasaanku enggak enak. Kamu kayak mau pergi jauh."

Saya bilang kalo saya sedang enggak baik-baik saja, saya butuh teman bicara dan belum ada niatan untuk pergi jauh. Mungkin gara-gara ini, dia akhirnya berinisiatif nelpon saya malemnya. Dia adalah orang yang tidak mudah putus asa karena berhasil membangunkan saya setelah panggilan yang ke-8. Telepon itu lalu disambungkan dengan Thiya, teman kami yang juga bedebah DK. Saya coba sambungkan dengan Jo, tapi enggak diangkat. Zeth juga enggak angkat telpon kami, Kim juga. Mungkin mereka sibuk. Kami ingin menelpon Nara, tapi karena dia sedang berduka, kami menahan diri agar enggak ganggu Nara dulu. Gusty dan Ken kami enggak nelpon, takut ganggu keluarganya.

Akhirnya, kami hanya telpon bertiga. Yang jelas, saya kangen banget ngobrol sama para bedebah DK. Terakhir saya ngobrol dengan mereka sekitar pertengahan tahun lalu ketika saya masih di Pontianak melalui zoom. Saya merasa bersalah karena cukup lama enggak ngobrol sama mereka dan enggak tahu banyak hal. Semuanya sedikit berubah. Thiya jadi lebih melankolis akhir-akhir ini. Dia lagi kangen sama pacarnya dan saya sangat maklum jika kekhawatirannya meningkat. Apalagi dia baru dua bulan pindah ke Jogja buat ambil profesi perawatnya, dia makin melankolis.

Sebelumnya, dia adalah anak yang cerdas. Walaupun bedebah paling muda, argumennya selalu cerdas dan sering membuat saya tercengang. Analisis cerpennya selalu bikin saya kagum. Dia adalah orang pertama di komunitas kami yang bikin para bedebah lain kebakaran jenggot setelah cerpennya dimuat di Media Indonesia. Sebelumnya ada Elqi dan juga Demia cerpennya pernah masuk koran lokal. Makanya, pas tulisan Thiya masuk MI, kami bersyukur karena akhirnya ada juga yang jebol di media nasional. Belum lagi Jo dan Nara juga udah berkali-kali menang lomba dan novelnya terbit di platform online. Dan belum lama ini, Gusty, anggota muda kami cerpennya menusul lolos di Media Indonesia dan salah satu tulisannya bakal difilmkan oleh salah satu sutradara nasional. Kami bangga banget karena komunitas kecil ini, akhirnya bisa melebarkan sayapnya pelan-pelan.

Paragraf di atas emang humblebrag, tapi saya emang sengaja.

Oke, saya akhirnya ngobrol sama Thiya dan Elqi. Elqi enggak terlalu banyak bicara semalam dan saya akhirnya curhat ke Thiya soal hubungan percintaan saya yang kandas. Saya bilang kalo saya patah hati dan marah, tapi Thiya ngebelain saya dan menilai keputusan untuk putus adalah pilihan yang terbaik.

Sekitar jam 22.45, Zeth akhirnya bisa dihubungi. Dia bilang kalo dia harus memastikan pacarnya, Ryu, tidur dulu. Saya kenal Ryu karena pernah mewawancarai komunitas nulisnya untuk proyek podcast DK. Dari cerita Zeth, Ryu punya masalah percernaan yang cukup serius dan membuat dia harus berkali-kali operasi. Efeknya dia sekarang jadi sering pingsan tiap kali kelelahan. Ryu tipikal keras kepala yang selalu enggak enak tiap ngerepotin orang lain. Pernah katanya, dia pernah pingsan di kamar mandi dan enggak ada yang tahu sampai pagi. Zeth bilang, tahun ini dia ingin menikahi pacarnya. "Biar gue bisa jagain dia dan enggak bikin gue khawatir terus-terusan." Mendengar hal itu, saya dan Thiya ikut senang, terharu juga. Zeth selama ini emang punya pantat yang melankolis dan kalo udah bucin, bisa gawat dunia dan seisinya.

Saya kenal Zeth semenjak gabung DK empat tahun lalu. Waktu itu dia habis ditinggal nikah pacarnya. Saya ngerti dia patah hati banget waktu itu dan sering menyebut-nyebut nama pacarnya. Zeth baru nemuin perempuan bernama Ryu tahun ini. Ryu seorang fans garis keras Lee Jong Suk. Zeth sendiri anak punk yang dulu sering underestimate opa-opa Korea. Dan sekarang pacarnya fans Lee Jong Suk. Sungguh indah sekali dunia Zeth.

Setelah saling curhat, kami langsung membahas proyek podcast kami selanjutnya. Saya sangat ingin mewawancarai Jo nanti. Terakhir kali kami rekam podcast sekitar pertengahan tahun yang lalu. Saya bilang sama Zeth kalo podcast selanjutnya, saya yang harus bikin script-nya. Saya mau improvisasi dan ngulik hal baru dari Jo. Zeth cuman pesan biar durasinya enggak terlalu panjang. Capek ngedit, kata dia. Saya sih iyain aja biar beres. Tapi yang jelas, saya pernah ngoceh dua jam berturut-turut di spoon. Semoga Zeth berkenan nanti kalo durasinya kepanjangan.

Pagi harinya ketika saya bangun, tahun sudah ganti. Saya membuka mata pelan-pelan lalu tersenyum karena saya sudah bisa hidup normal seperti sedia kala. Saya enggak mau bikin resolusi yang terlalu wah untuk tahun 2021. Saya cuman ingin menuntut diri saya untuk selalu bersyukur, sehat, bahagia dan mencari cuan sebanyak-banyaknya. Mungkin kapitalisme adalah pembangkit semangat yang sesungguhnya.

Becanda, ya. Hehe. 

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post