Senin, 09 Agustus 2021

author photo
bentar Dibaca

 

Saya pernah bangun dari tidur dan menatap ke Timur dan menghela napas panjang. Hari ini langit tidak secerah biasanya, sedikit berawan. Udara pagi ini segar sekali dan itu menjadi alasan terbesar saya untuk bersyukur. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki. Pekerjaan, hubungan saya ke keluarga, teman dan tim di kantor. Terlalu banyak buruk terjadi sejak tahun lalu dan makin ke sini, saya merasa jauh lebih baik. Saya merasa lebih baik terkait jam tidur saya yang sudah mulai beres. Perasaan-perasaan jahat yang seringkali mengganggu saya ketika akan tidur perlahan hilang. Saya merasa sudah benar terkait memperbaiki nafsu makan saya beberapa minggu terakhir.


Saya pernah berdoa kepada Tuhan agar orang-orang yang datang kepada saya, apapun kepentingannya adalah orang-orang yang baik. Saya minta dijauhkan dari orang-orang yang dengan sengaja dan tidak sengaja akan menyakiti saya. Saya tahu, perihal baik dan tidak baik terkesan klise, tapi saya percaya, Tuhan lebih mengerti maksud saya tanpa saya ngasih penjelasan panjang lebar.


Seseorang memancing saya semalam dan membuat pagi ini menjadi sangat emosional. Semalam saya sempat gemetaran di kursi kerja saya sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan yang belum selesai. Pengakuan itu, diksinya. Jahat sekali. Saya tahu, bukan dia yang membunuh karakter dan mental saya tempo lalu, tapi kenapa ceritanya terlalu mirip. Saya sempat marah dengan dengan diri saya sendiri. Saya sudah mati-matian memaafkan seseorang, memaafkan saya, tapi kenapa saya masih harus terpancing dengan pengakuan orang lain? Saya capek. Saya capek, tiap saya mengakhiri hari, situasinya masih sama, kejadiannya masih membekas. Saya merasa, seseorang sedang mengawasi saya, membuat saya merasa bersalah lalu menyalahkan diri saya sendiri. Saya pengen kabur ke Timbuktu, ke mana aja selama itu membuat perasaan saya jauh lebih baik.


Setiap kali saya ingat kejadian itu, saya hanya bertanya-tanya, apa saya layak mendapatkan pukulan ini? Biar saya sadar maksudnya? Memang, setiap hari saya selalu kehilangan kontrol sampai saya harus dipukul biar sadar? Saya bertanya-tanya, emang dia layak nyakitin saya? Atau, emang saya punya kapabilitas buat nyakitin dia balik? Atau, kenapa dia dengan mudahnya melupakan kejadian ini dan saya masih jalan di tempat memperbaiki kebocoran, kerusakan, apapun itu? Saya bertanya-tanya kenapa saya masih jalan di tempat dan dia sudah berlari? Saya bertanya-tanya dan Tuhan masih kucing-kucingan ngasih kunci jawabannya.


Saya ingin semua ini segera selesai. Saya capek punya ganjalan. Saya masih berharap Tuhan ngasih kesempatan untuk mengambil ganjalan itu, menambalnya bila perlu. Harusnya ada kesempatan kedua, ketiga, keempat buat saya menyelesaikan masalah ini secepatnya. Saya capek muter di tempat yang sama melulu.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post