Saya pernah bangun dari tidur dan menatap ke Timur dan menghela
napas panjang. Hari ini langit tidak secerah biasanya, sedikit berawan. Udara
pagi ini segar sekali dan itu menjadi alasan terbesar saya untuk bersyukur.
Masih banyak hal yang harus saya perbaiki. Pekerjaan, hubungan saya ke
keluarga, teman dan tim di kantor. Terlalu banyak buruk terjadi sejak tahun
lalu dan makin ke sini, saya merasa jauh lebih baik. Saya merasa lebih baik terkait
jam tidur saya yang sudah mulai beres. Perasaan-perasaan jahat yang seringkali
mengganggu saya ketika akan tidur perlahan hilang. Saya merasa sudah benar
terkait memperbaiki nafsu makan saya beberapa minggu terakhir.
Saya pernah berdoa kepada Tuhan agar orang-orang yang datang
kepada saya, apapun kepentingannya adalah orang-orang yang baik. Saya minta
dijauhkan dari orang-orang yang dengan sengaja dan tidak sengaja akan menyakiti
saya. Saya tahu, perihal baik dan tidak baik terkesan klise, tapi saya percaya,
Tuhan lebih mengerti maksud saya tanpa saya ngasih penjelasan panjang lebar.
Seseorang memancing saya semalam dan membuat pagi ini
menjadi sangat emosional. Semalam saya sempat gemetaran di kursi kerja saya sampai
akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan yang belum selesai.
Pengakuan itu, diksinya. Jahat sekali. Saya tahu, bukan dia yang membunuh
karakter dan mental saya tempo lalu, tapi kenapa ceritanya terlalu mirip. Saya
sempat marah dengan dengan diri saya sendiri. Saya sudah mati-matian memaafkan
seseorang, memaafkan saya, tapi kenapa saya masih harus terpancing dengan
pengakuan orang lain? Saya capek. Saya capek, tiap saya mengakhiri hari, situasinya
masih sama, kejadiannya masih membekas. Saya merasa, seseorang sedang mengawasi
saya, membuat saya merasa bersalah lalu menyalahkan diri saya sendiri. Saya
pengen kabur ke Timbuktu, ke mana aja selama itu membuat perasaan saya jauh
lebih baik.
Setiap kali saya ingat kejadian itu, saya hanya bertanya-tanya,
apa saya layak mendapatkan pukulan ini? Biar saya sadar maksudnya? Memang, setiap
hari saya selalu kehilangan kontrol sampai saya harus dipukul biar sadar? Saya bertanya-tanya,
emang dia layak nyakitin saya? Atau, emang saya punya kapabilitas buat nyakitin
dia balik? Atau, kenapa dia dengan mudahnya melupakan kejadian ini dan saya
masih jalan di tempat memperbaiki kebocoran, kerusakan, apapun itu? Saya bertanya-tanya
kenapa saya masih jalan di tempat dan dia sudah berlari? Saya bertanya-tanya
dan Tuhan masih kucing-kucingan ngasih kunci jawabannya.
Saya ingin semua ini segera selesai. Saya capek punya
ganjalan. Saya masih berharap Tuhan ngasih kesempatan untuk mengambil ganjalan
itu, menambalnya bila perlu. Harusnya ada kesempatan kedua, ketiga, keempat
buat saya menyelesaikan masalah ini secepatnya. Saya capek muter di tempat yang
sama melulu.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon