Senin, 18 Mei 2020

author photo
bentar Dibaca


Ini udah dua bulan lebih. Saya enggak seyakin ini sama orang, kecuali sama kamu. Saya inget, saya nyapa kamu di facebook messenger setelah hampir tiga tahun kita enggak kontekan atau ketemu sama sekali. Kita ngobrol sebentar. Hal-hal remeh yang enggak penting tentunya.


Malam ini, saya tiba-tiba kangen nonton film sama kamu. Rame-rame sama anak kantor. Kamu referensi filmnya banyak. Kamu bandar one piece juga. Saya punya 200an episode serial One Piece dari laptop kamu dan belum selesai saya tonton. Akhir-akhir ini hobi saya lagi banyak. Selain membaca dan menulis, saya lagi hobi traveling, fotografi, daydreaming juga. Saya berhenti nulis sejak beberapa bulan yang lalu dan saya enggak ngerasa bersalah sama diri saya sendiri. Saya berjanji mau nulis puisi buat kamu, tapi otak saya benar-benar mogok, kayak mobil yang kelamaan engga diservis.


Dua bulan ini, ngejalanin hubungan jarak jauh sama kamu, saya ada di fase kadang begitu insecure, kadang bahagia banget, kadang saya bosan banget. Kita nggak pernah berantem dan saya sempat berpikir apakah hubungan kita baik-baik aja. Saya sempet nanya-nanya sama diri saya sendiri, apakah hubungan kita wajar? Saya merasa, kita terlalu manis sampe saya kadang pengen ngajakin kamu berantem. Tapi kamu enggak mau berantem sama saya. Kamu bilang, "aku enggak mau bikin kamu sedih." Iya, kalo kita sampai berantem beneran, saya yang bakal nangis. Ya tetep aja, setomboi-tomboinya saya, saya tetep perempuan. Atau, selogis apapun cara saya berpikir, saya tetep perempuan. Dan kamu enggak mau nyakitin saya dengan mengiyakan ajakan saya berantem.


Saya pernah juga bosan sama hubungan kita. Saya sempat bertanya-tanya, apakah saya benar-benar mencintai kamu? Apakah saya menginginkan hubungan ini sama kamu? Tapi kalo kamu mau tahu, kamu udah punya nilai baik di mata saya sejak kita ketemu dulu. Kamu orangnya baik dan hobi bikin orang lain ketawa. Tapi pertanyaan bodoh saya mulai saya tepis jauh-jauh setelah saya  sesekali cemburu, sesekali insecure, sesekali bosan atau keseringan ketawa tiap kita ngobrolin hal remeh atau sesekali menyusun rencana jahat. Perasaan-perasaan ini yang bikin saya cinta sama kamu. Sesederhana ini.


Di satu sisi, saya kadang merasa insecure. Saya khawatir sama hubungan kita. Saya takut hubungan ini berakhir di tengah jalan. Tapi lalu saya inget, saya pernah punya komitmen dengan diri saya sendiri. Apapun yang terjadi sama kita ke depan, kita harus siap. Hal paling baik atau sebaliknya, saya harus menyiapkan diri. Kamu juga bilang gitu. Karena jodoh itu kan rahasia, kata kamu. Enggak bisa dipaksain kalo enggak jodoh walau sebesar apapun kamu mencintai saya atau sebaliknya.


Mengambil risiko mencintai kamu, saya harus belajar menjadi lebih dewasa. Saya harus berdamai dengan ketakutan-ketakutan yang saya alami. Sebelum saya mulai bicara sama kamu, saya harus selesai dengan semua masalah-masalah pribadi saya, pikiran-pikiran jahat, perasaan-perasaan khawatir atau apapun itu. Saya enggak ingin kamu terlibat terlalu jauh dengan masalah personal yang bisa saya selesaikan sendiri. Saya yakin, menjadi bahagia adalah tanggung jawab masing-masing. Kebahagiaan saya bukan tanggung jawab kamu. Saya hanya ingin kamu menjadi pelengkap kebahagiaan saya. Saya juga ingin menjadi pelengkap kebahagiaan kamu.


Sebagai penutup, saya engga mau bahas apa-apa lagi. Saya cuma mau bilang, saya mencintai kamu. Benar-benar mencintai kamu. Tapi sayangnya itu dulu. Sekarang udah enggak. Terima kasih. (L)

...

Credits: di sini

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post