Jumat, 19 Juli 2019

author photo
bentar Dibaca

Akhir-akhir ini, saya merasa ada yang enggak beres dengan diri saya sendiri. Sekitar bulan Juni, kakak saya sekeluarga mudik. Momen mudiknya justru ketika kelar lebaran mengingat tiket pesawat lebih murah. Tiga minggu liburan, rumah saya jadi ramai. Sebagai anak bungsu, kedatangan dua keponakan saya sejujurnya menyenangkan, tapi buat saya rumah ini jadi ramai. Selama di rumah, saya menghabiskan waktu dengan mereka, membuat keponakan saya yang paling kecil sampai teriak-teriak. Saya bahagia karena saya sangat suka anak kecil. Keponakan saya kecil dan masih lucu.
.
Tapi tiga minggu kemudian, mereka akhirnya balik ke Pontianak. Keponakan saya yang sulung masuk SD. Rumah jadi kembali sepi. Saya merasa saya sangat kesepian. Hampir dua bulan saya di rumah, saya merasa pola hidup saya menjemukan. Dua minggu ini saya merasa hidup saya seperti berjalan di sebuah terowongan yang sempit, pengap, gelap dan saya enggak tahu lagi di mana ujung terowongan ini. Yang jelas, saya kehilangan minat terhadap hobi saya. Saya malas membaca buku, saya tidak menulis, saya berhenti lari dan juga traveling. Saya juga insomnia berminggu-minggu dan baru bisa tidur setelah pukul 1 dini hari. Intinya saya enggak melakukan apa-apa selain menghabiskan waktu dengan ponsel di tempat tidur tanpa menyapa orang lain. Kekasih saya bilang, "saya budak gadget."
.
Sampai puncaknya, malam itu pukul sembilan, saya siap-siap ingin tidur. Ini hari kedua saya untuk membereskan jam tidur saya. Tapi ketika saya berbaring, saya merasa ada yang enggak beres dengan kaki saya. Bukan karena sakit, tapi saya ingin sekali nabrakin kaki saya ke tembok keras-keras. Pada saat yang sama, dada saya seperti penuh. Saya merasa ingin teriak sekencang-kencangnya, tapi saya tahan sebisa mungkin. Saya sempat mengirim pesan untuk kekasih saya. Saya meminta tolong agar dia menggombal. Saya sadar, permintaan saya terlalu konyol. Tapi dia tidak mengindahkan permintaan saya. Dia tahu, semua gombalannya selama ini hanya akan membuat saya geli dan tertawa. Iya, saya ingin sekali tertawa, tapi dia emang enggak terlalu ngeh. Salah saya sendiri juga, kenapa pake sandi morse untuk ngasih tahu keadaan saya.
.
Malam itu, sleep training saya gagal. Saya tidur pukul 1 pagi. Sebelum tidur saya sempat menangis dan mulai intropeksi diri. Saya berpikir, bagaimana saya bisa mencintai orang lain dengan benar jika saya tidak mencintai diri saya sendiri. Keluarga saya mencintai saya dengan baik. Kekasih saya mencintai saya. Saya sadar, kalo saya ingin membalas mencintai mereka, yang harus saya lakukan adalah, saya harus membenahi cara saya mencintai diri saya sendiri. Saya ingin mencintai mereka dengan balasan yang setimpal. Saya ingin jatuh cinta dengan kekasih saya sedalam-dalamnya, tapi pikiran saya harus tetap waras. Dan untuk melakukan saya itu, saya harus menerima diri saya dengan baik dan mencintainya dengan tulus.
.
Keesokan harinya, saya bangun tidur lebih bugar. Setelah afirmasi itu, sore harinya saya mendapat banyak kesempatan-kesempatan baik. Saya hanya harus memilih dengan tenang semua kesempatan yang datang kepada saya. Di penghujung tulisan ini, saya harus berterima kasih kepada diri saya sendiri karena telah menjadi lebih berani.

....
Credit by: pixabay

1 comments:

avatar
Esa Adecsa delete 10 September 2019 pukul 21.08

Inspiratif sekali .




#..
Http://ngebait.blogspot.com

Reply


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post