Jumat, 15 Mei 2015

author photo
bentar Dibaca
Mak, jangan nelpon dulu ya. Jangan tanya kapan aku pulang. Aku pasti pulang. Biar kuselesaikan semuanya. Biar aku tak perlu menangis di bahumu yang mulai rapuh.
Mak, rasanya berat sekali. Serasa ada batu yang menindih pundakku. Kepalaku juga, Mak. Rasanya ingin pecah. Tapi aku akan menahan semuanya sampai waktunya tiba. Aku yakin pasti bisa melewatinya. Aku hanya perlu menagih janji Allah padaku, 'Dibalik kesulitan ada kemudahan.' Jadi jangan khawatir dan jangan sering menelpon. Jangan pula terlalu sering mengingatkanku makan. Aku pasti sehat di sini. Aku janji tak akan sakit lagi dan merepotkanmu.
Mak, aku janji, awal Juni aku akan pulang. Aku akan bawa kabar gembira untukmu, Mak. Aku akan menyandang gelar sarjana sastra, Mak.  Novelku juga akan kuusaikan. Aku akan jadi sarjana sekaligus penulis, Mak.
Mak, aku punya dosen yang hebat. Aku punya mentor menulis yang selalu semangat. Aku punya sahabat yang selalu mendukungku. Jadi jangan pernah khawatir.
Sementara ini jangan dulu menelponku, Mak. Mendengar suaramu aku tak tahan. Mendengar suaramu aku takut menangis dan semakin terpuruk. Kalau waktunya tiba, aku janji akan menelponmu dan pulang ke rumah. Jangan khawatir. Tunas terakhirmu pasti akan bahagia seperti doa-doa yang engkau lantunkan di sepertiga malam.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post