Rabu, 22 April 2015

author photo
bentar Dibaca

Pukul tiga sore. Aku sudah sampai di rumah. Tak seperti biasanya. Hampir setiap hari aku jadi pengunjung terakhir rumah ini.

Aku pulang disambut tangis. Bungsuku yang berumur lima tahun itu rupanya baru terjaga dari tidur siangnya. Aku yang belum sempat beristirahat segera masuk ke kamarnya.

"Eh, udah bangun. Ayuk sayang. Cupcup. Jangan nangis ya, Nak."

Aku baru akan mengangkat tubuhnya yang kecil ketika dia mulai mengeraskan suaranya. Dia berontak. Bahkan menolak kusentuh.

"Mbak Lis, Mbak Lis!!" teriaknya.

Aku tertunduk. Rasanya sungguh sakit. Tapi kutahan saja. Aku ingin mencoba sekali lagi menggendongnya.

"Ayo, Nak. Sama ibu."

Dia semakin berontak. Tangisnya semakin tak terkira. Aku mematung di ujung ruangan, melihat bungsuku yang sudah banjir wajahnya. Tangisannya membuatku tertular. Mataku mengkristal. Namun kutahan-tahan.

"Mbak Lis!! Mbak Liss!!"

Seorang perempuan muda memasuki kamar. Dia menyapaku sesaat dan lantas mendekati bungsuku.

"Loh, itu ada Ibu kok." katanya pada si bungsu.

"Gak mau. Aku maunya sama Mbak Lis."

Perempuan muda bernama Lis mengangkat tubuh bungsuku. Dia langsung diam. Tak lagi menangis.

Kristal yang kutahan-tahan berubah gletser hangat. Perasaanku tak karuan. Kutatap lamat-lamat sprey yang berwarna hijau, bermotif spongebob. Ada cinta di sana. Aku dulu rajin memeluknya, meninabobo tidurnya.

Aku tertunduk. Tubuhku yang letih menjadi lesu. Bungsuku direbut pembantu.

2015.04.21
09.15 pm

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post