![]() |
Unsplash |
Beberapa tahun lalu, Indonesia dikejutkan dengan salah satu berita viral tentang seorang bule yang berenang dengan banyak plastik yang terapung di lautan Bali. Sontak berita ini memang menjadi viral dan dibicarakan oleh banyak orang. Bule tersebut bernama Rich Honer yang kebetulan sedang berada di pesisir laut Nusa Penida Bali. Yang menjadi miris, berita ini akhirnya viral bahkan sampai ke luar negeri.
Seperti yang kita tahu, Indonesia saat ini sedang dalam darurat sampah. Sampah-sampah di Indonesia sudah menggunung cukup tinggi dan belum dikelola dengan baik. Sampah-sampah ini juga Sebagian masuk ke laut dan menganggu ekosistem laut.
Indonesia adalah salah satu penghasil sampah terbesar di dunia. Menurut data The Economist Intelligence, Indonesia adalah salah satu negara penghasil sampah terutama sampah makanan terbesar di dunia selain Amerika Serikat dan Arab Saudi. Kementerian Lingungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 telah mencatat jumlah sampah yang dihasilkan dari 154 kabupaten/kota di seluruh Indonesia sebanyak 18,2 juta ton per tahun. Sayangnya, sampah ini baru bisa dikelola sebanyak 13,2 juta per tahun atau sekitar 72,6%.
Permasalahan sampah di Indonesia sendiri dimulai sejak penggunaan plastik yang cukup masif. Plastik sendiri digunakan oleh berbagai industri mulai dari industri makanan sampai industri yang lain. Sebenarnya, plastik juga digunakan di negara lain, namun mereka bisa mengolah plastik dengan baik. Masalah plastik sebenarnya cukup sederhana jika orang-orang bisa memilah mana sampah yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak. Plastik sendiri adalah limbah anorganik yang sangat sulit untuk diuraikan sehingga cara yang paling tepat adalah dengan didaur ulang. Sayangnya, masyarakat dan pemerintah masih mencampur sampah-sampah plastik dengan sampah organik sehingga proses pembusukan akan semakin lama dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Namun, fakta di atas juga belum bisa membuat semua masyarakat Indonesia bergerak untuk bersama-sama memerangi sampah. Hanya ada segelintir orang yang merasa harus bergerak setelah melihat banyaknya produksi sampah di Indonesia, salah satunya adalah Amilia Agustin. Amilia mulai bergerak untuk mengelola sampah bahkan saat dia masih sangat remaja. Dia mulai bergerak untuk mengelola sampah setelah melihat timbunan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) di Tegallega, Bandung. Dia akhirnya mengajak teman-temannya untuk mulai mengelola sampah. Karena tidak memiliki pengetahuan soal pengelolaan sampah, Amilia dan teman-temannya meminta masukan kepada guru dari ekstrakulikuler sains di sekolahnya.
Dari sanalah perjalanan Amilia untuk pengelolaan sampah dimulai dengan meminta pihak sekolah untuk membuat tempat sampah dengan kategori tertentu seperti organik dan anorganik. Pada tahun 2009, Amilia membuat program Go Zero Waste School yang mulai diaplikasikan di sekolahnya. Amilia sadar jika apa yang dilakukannya tidak mudah, namun dia memilih untuk tetap konsisten karena sangat prihatin dengan keberadaan sampah di sekitarnya.
Hal inilah yang membuat Amilia Agustin akhirnya bisa memerima anugerah Satu Indonesia Award dari Astra pada tahun 2010 karena kepeduliannya dengan sampah di sekolahnya. Dia menjadi inspirasi bagi remaja lain untuk berbuat baik untuk lingkungan. Dia layak mendapatkan anugerah tersebut karena telah konsisten untuk memulai memberikan dampak yang besar untuk lingkungan. Amilia bahkan terus melanjukan perjuangannya untuk melakukan kampanye pengelolaan sampah setelah dia duduk di bangku kuliah di Universitas Udayana Bali. Di sana dia membuat Udayana Green Community dan membagikan kampanyenya untuk anak-anak sekolah di Denpasar. Dia juga mengajari warga Bali untuk mengolah sampah rumah tangga.
Apa yang dilakukan Amilia patut menjadi contoh bagi anak-anak muda lain yang barangkali tidak terlalu peka dengan lingkungan sekitar. Masalah sampah di Indonesia adalah masalah serius yang harusnya membuat seluruh elemen masyarakat bersama-sama. Semoga setelah Amilia memberikan inspirasi ke banyak orang, akan hadir Amilia-Amilia yang lain yang juga merasa punya tanggung jawab untuk bisa mengelola sampah. Dengan begitu, lingkungan kita akan jauh lebih sehat dan lebih bersih dibandingkan sebelumnya.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon