Ini hari Senin, Mei kesembilan yang empat tahun lagi berganti 2020. Aku nyaris lupa ini hari apa. Barangkali karena aku terlalu membanting pikiran ketika Sabtu-Minggu. Atau hari ini aku sedang ingin bersantai, atau aku memang sedang malas melakukan apapun. Entahlah.
Aku tak tahu kenapa hari ini dunia menjadi seperti terburu-buru. Bank konvensional yang baru kudatangi tutup lebih awal. Toko aksesoris perempuan di seberang kafe berbenah lebih awal. Jalanan padat. Motor roda dua dan mobil seperti sedang balapan di sirkuit. Suara klakson dan desingan mesin bersahut-sahutan.
Aku duduk di kafe di pinggir Jalan Kampus yang terlalu bising. Kupikir hanya tersisa aku pengunjungnya. Nasi pecel madiunku hanya tersisa bumbu kacang. Sedang teh tarik di depan mejaku nyaris tandas.
Aku benci dengan berisik. Tapi aku menikmati kebisingan yang sepi. Aku menikmati duduk sendirian di kafe, menikmati minuman, menikmati kendaraan lalu lalang, menikmati bunyi mesin dan klakson yang berbunyi beriringan, menikmati langit Purwokerto yang selalu saja gelap tiap jam empat sore, menikmati novel karya Leila S. Chudori dengan hormat.
Sekian menit kemudian, tanah mendadak basah. Orang-orang berteduh di emperan toko, menahan rasa dingin bercampur lelah setelah pulang kerja atau pulang kuliah. Sedang aku sibuk menikmati mereka dari kafe.
Hari ini aku merdeka. Seperti beban hidupku menghindar sementara. Seperti perasaan bersalahku berlari kencang dikejar anjing galak. Seperti ketakutanku yang bersembunyi karena kedinginan. Seperti kegelisahanku yang tiba-tiba sekarat menjelang ajal. Aku menikmati hari Senin yang kulupakan ini dengan sangat bermartabat.
Aku tertahan di tengah kawanan bangku-bangku kafe yang kosong. Kuharap hujan akan turun lebih lama. Kuharap, kebisingan kendaraan yang berlalu lalang tak ikut tertahan. Kuharap, sore ini akan berlalu lebih lambat.
Aku sedang ingin menikmati kemerdekaanku sendirian. Aku sedang ingin menikmati kebisingan dan sepi yang datang bergandengan. Aku sedang ingin menikmati novel dan memesan menu selanjutnya yang entah apa lagi. Aku sedang ingin duduk di sini tanpa beban, menyiapkan amunisi menyambut penjajah yang mendendangkan perang.
04.50 pm
Ijo Daoen Cafe, 2016.05.09
Aku tak tahu kenapa hari ini dunia menjadi seperti terburu-buru. Bank konvensional yang baru kudatangi tutup lebih awal. Toko aksesoris perempuan di seberang kafe berbenah lebih awal. Jalanan padat. Motor roda dua dan mobil seperti sedang balapan di sirkuit. Suara klakson dan desingan mesin bersahut-sahutan.
Aku duduk di kafe di pinggir Jalan Kampus yang terlalu bising. Kupikir hanya tersisa aku pengunjungnya. Nasi pecel madiunku hanya tersisa bumbu kacang. Sedang teh tarik di depan mejaku nyaris tandas.
Aku benci dengan berisik. Tapi aku menikmati kebisingan yang sepi. Aku menikmati duduk sendirian di kafe, menikmati minuman, menikmati kendaraan lalu lalang, menikmati bunyi mesin dan klakson yang berbunyi beriringan, menikmati langit Purwokerto yang selalu saja gelap tiap jam empat sore, menikmati novel karya Leila S. Chudori dengan hormat.
Sekian menit kemudian, tanah mendadak basah. Orang-orang berteduh di emperan toko, menahan rasa dingin bercampur lelah setelah pulang kerja atau pulang kuliah. Sedang aku sibuk menikmati mereka dari kafe.
Hari ini aku merdeka. Seperti beban hidupku menghindar sementara. Seperti perasaan bersalahku berlari kencang dikejar anjing galak. Seperti ketakutanku yang bersembunyi karena kedinginan. Seperti kegelisahanku yang tiba-tiba sekarat menjelang ajal. Aku menikmati hari Senin yang kulupakan ini dengan sangat bermartabat.
Aku tertahan di tengah kawanan bangku-bangku kafe yang kosong. Kuharap hujan akan turun lebih lama. Kuharap, kebisingan kendaraan yang berlalu lalang tak ikut tertahan. Kuharap, sore ini akan berlalu lebih lambat.
Aku sedang ingin menikmati kemerdekaanku sendirian. Aku sedang ingin menikmati kebisingan dan sepi yang datang bergandengan. Aku sedang ingin menikmati novel dan memesan menu selanjutnya yang entah apa lagi. Aku sedang ingin duduk di sini tanpa beban, menyiapkan amunisi menyambut penjajah yang mendendangkan perang.
04.50 pm
Ijo Daoen Cafe, 2016.05.09
1 comments:
Merdekaaa!!!! Cool mba Tutut ��
ReplyEmoticonEmoticon