Senin, 26 Mei 2014

author photo
bentar Dibaca

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPb4qXGYMIzqe0HyIMFb41o3SWGLMtEYP_oDXJpAjfEOCHYlJ29rovmfRWcde45yNzlXEClPw0KId4NJ4OAjnZER6dpp3Jb-3FBIfbVppPT5HlQhWMt8deaRdHLkbJ3f7pifNssIVmhN5m/s400/entah.png
Entah.

Entah mengapa aku banyak berbicara tentang entah. Kata yang terlalu ambigu. Kata yang mempunyai makna ketidakpastian. Kata yang bermakna kebingungan. Dan entah. Aku mengeluh dengan kata entah. Lelahku kenapa? Entah. Aku puas? Entah. Entah sampai kapan aku akan berbicara tentang entah, kata ambigu yang membuatku menjadi terlalu melankonis. 

Entah. 

Barangkali aku lelah dengan semuanya? entah. Aku ingin hidup seperti kebanyakan orang, tapi entah. Entah, berapa ribu kata yang kutuliskan hingga akhirnya selalu berakhir dengan keentahan. Aku juga belajar bahasa asing? Tapi entah. 

Entah. 

Aku harap ini adalah visiku, tapi di akhir ini mengapa harus berakhir dengan kata entah. Semuanya seperti hanya ambiguitas, ketidakpastian. Semua aku bukan orang
Indonesia yang bermental nrimo, tapi entah kenapa aku hanya duduk berentah ria dengan kepongahan.

Entah. 

Aku ingin menyudahi tentah keentahan ini. Ambiguitas ini. Aku lelah berentah ria. Aku ingin pergi menjauh dari entah, tapi rasanya kakiku seperti terkerangkeng besi puluhan kilo beratnya. Aku selalu berusaha membuatnya menjadi sebuah kepastian, tapi terkadang selalu berakhir dengan keentahan juga. Semoga aku tidak lelah. Entah.

Entah

Entah.

Entah.

Aku lelah dengan keentahan.


This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post