Kalau ingat macet, saya ingat Fauzi Bowo. Kalau ingat banjir, saya ingat Fauzi Bowo.”
(TRANS7, 1 Januari 2011)
Kalimat manis itu terlontar begitu saja dari salah seorang warga Jakarta yang berinisial Y ketika diwawancarai wartawan TRANS 7 pada awal Januari 2011. terdengar menggelikan memang. Tapi inilah fakta dan juga PR terbesar pemimpin yang harus dituntaskan cepat ataupun lambat.
Sadar atau tidak, Jakarta adalah problematika tersebar di Indonesia saat ini. Berbagai permasalahan tumpah ruah di ibukota. Masalah kriminalitas, sosial, ekonomi, lingkungan dan politik seakan berbaur menjadi raksasa yang lambat laun akan meluluhlantahkan kota Jakarta.
Jika kita menelusuri dari awal permasalahan Jakarta, maka kita akan menyunggingkan senyum kecut, menyadari bahwa segala permasalahan tersebut bukan hanya kesalahan dan tanggung jawab, pemerintah yang selalu saja menjadi kambing hitam atas semua permasalahan yang ada. Tapi semua itu adalah kesalahan kita bersama dan juga kelalaian kita karena tak bisa mengibur tangisan alam yang protes karena berbagai kontaminasi racun yang masyarakat berikan ke alam.
Jika masyarakat bosan dengan keadaan Jakarta yang selalu macet, masihkan menyalahkan pemimpin? Jika masyarakat jengah dengan banjir yang selalu menghantui Jakarta, apakah itu adalah kesalahan pemerintah? Dari permasalahan inilah kita seharusnya bisa membuka mata dan hati kita sehingga kita lebih peka terhadap permasalahan yang ada.
Macet memang selalu menjadi hiburan mata masyarakat Jakarta. Kendaraan yang berlalu lalang seakan terlihat seperti rentetan semut yang tidak ada putusnya. Sang pemakai kendaraan dengan keegoisannya masih saja betah merenteti jalanan Jakarta yang panjang tanpa mau mengistirahatkan kendaraannya sejenak di rumah mereka dan menggantinya dengan angkutan umum. Toh pemerintah kota Jakarta telah berusaha mengurangi kemacetan dengan adanya Trans Jakarta, meskipun masih belum mampu mengurangi kemacetan. Tapi, masih banyak masyarakat yang tidak antusias menggunakan Trans Jakarta sebagai alternative dan juga kunci pengurangan kemacetan di Jakarta.
Mengenai masalah banjir, seharusnya kita mampu flashback ke masa lalu kita, mengenai tingkah kita yang membuang sampah sembarangan. Padahal dari pendidikan paling dasar sekalipun, kita telah diajari bagaimana akibat membuang sampah sembarangan. “Anak-anak, kita tidak boleh membuang sampah sembarangan karena bisa membuat aliran sungai tersumbat dan akhirnya bisa membuat banjir.” Nasihat itu telah kita simpan di otak kita sejak SD atau bahkan TK. Tapi apakah kita tidak malu jika nasihat itu kembali kita terima saat pola pikir kita semakin dewasa dan cerdas? Ini masih menyoal sampah, belum lagi penyebab banjir yang lain. Jadi, jangan heran jika banjir selalu siap menghadang Jakarta kapanpun.
Segala permasalahan yang menimpa Jakarta bukan hanya hanya tanggungjawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab kita sebagai masyarakat yang berhubungan langsung dengan Jakarta. Jika kita mengira pemerintah punya anggaran yang mampu mengatasi segala permasalah di Jakarta, maka itu hanya akan menjadi hasil kosong jika masyarakatnya sendiri cenderung cuek bebek dan seenaknya sendiri. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan menjadi solusi terbaik mengatasi semua problematika Jakarta.
This post have 2 comments
untuk tema2 blog yg sekarang,n setahu saya emang susah buat read morenya,,,gag semuanya bisa mbak,,,
Replycoba sebelumnya kamu buka posttingan saya di http://www.santozaq.com/2011/02/membuat-read-more-baca-selengkapnya.html nah kalo udah bisa,,,silakan ganti read morenya dengan animasi biar tambah keren gitu,,
makash dah komentar n kunjungi web qw
baca jg tutorial lainnya
jujur ya Mas, jujur banget. males ngutak-utik kodenya. sebanyak itu, capek matanya...
ReplyEmoticonEmoticon