Rabu, 09 Maret 2016

author photo
bentar Dibaca

Ini Maret kesembilan yang busuk. Ketika gerhana matahari menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Ketika semalam suntuk ogoh-ogoh diarak di Bali untuk menyambut nyepi. Ketika aku terbaring di sudut kamar, dengan Intelegensi Embun Pagi yang kubaca sambil menangis.

Hey, ini bukan novel tragedi seperti Romeo dan Juliet. Mengapa kamu sibuk menangis?

Pertanyaan itu menyeruak, ikut nimbrung dibalik air mata yang meleleh bak lilin terbakar. Aku tak pernah mengerti. Tak pernah bisa mengerti mengapa hal bodoh ini bisa terjadi.

Aku kacau. Hidupku berantakan. Aku sudah lelah menangis. Aku sudah lelah memikirkan makhluk aneh yang seharusnya tak perlu kuingat-ingat. Aku bodoh.

Teori belajar melepaskan sesuatu itu teramat melelahkan. Terlalu mudah dikatakan, tapi begitu berat untuk dijalani. Seperti menaiki bukit yang begitu tinggi, lalu merosot berkali-kali ke bawah dengan luka yang menganga di mana-mana.

Aku kehilangan cara untuk memaafkan diriku sendiri. Aku kehilangan cara untuk berdamai dengan semuanya. Aku terjebak dengan situasi yang membuat aku tak mampu berbuat apa-apa. Terluka terlalu parah.

Aku ingin menganggap dia tokoh fiksi yang kubuat, lalu kumatikan begitu saja setelah ceritanya ending. Atau hanya gerhana yang melipir berapa jam dan orang-orang desa sibuk membunyikan kentongan untuk mengusirnya pergi. Atau hanya angin sepoi yang menyapaku lembut, lalu berlalu begitu saja.

Tapi dia manusia. Manusia biasa yang lahir dengan dua telinga, dua mata, dua kaki dan organ-organ lainnya. Dia manusia yang membuat aku jatuh cinta, lalu membuat hati menetes-netes dengan darah saking sakitnya.

Sekarang aku ingin mengutuk Dewa Amor. Mengutuk semua mitologi-mitologi busuk tentang percintaan dan pengasihan. Aku benci jatuh cinta dengan orang yang salah. Aku benci tiba-tiba menyukai seseorang tanpa ada alasan yang jelas.

Aku ingin mengutuk perasaanku sendiri. Membuat dia seperti batu yang kaku dan keras. Lalu semuanya menjadi netral. Kembali pada aku yang merdeka. Tanpa jatuh, tanpa patah, tanpa sibuk menangis berhari-hari.
Terima kasih.

10.00 am
09032016

Credit by: pixabay

This post have 10 comments

avatar
Ana Fitriana delete 9 Maret 2016 pukul 15.44

Iihhh kkeereeennn
kok bisa buat beginian sih kak???

Reply
avatar
rangga.exe delete 10 Maret 2016 pukul 02.24

Menyembunyikan kentongan atau membunyikan kentongan? :)

Reply
avatar
Anonim delete 10 Maret 2016 pukul 06.39

Mak Jleppp kaka!!!
Nice, nice...

Reply
avatar
Laras delete 11 Maret 2016 pukul 11.04

Makasih, Trian.
Iya. Berkat latihan terus menerus.

Reply
avatar
Laras delete 11 Maret 2016 pukul 11.05

Wah, makasih koreksinya. Sudah diganti :)

Reply
avatar
N Firmansyah delete 18 Maret 2016 pukul 18.08

Oh, kamu harus peka. Tidak ada jatuh cinta pada orang yang salah. Lihat dari sudut pandang lain, belajar dari sana, segala hal positif akan muncul.

Reply
avatar
Laras delete 18 Maret 2016 pukul 19.18

Hoi, Bro. Aku lihat kamu wira wiri di timeline, eh sekarang mampir ke blogku. Hormat!
Aku harus lihat dari sudut pandang yang mana, Bro? Jatuh cinta itu terlalu menyebalkan. *ini malah curhat

Reply


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post