Aku benci dengan sepi dan sendiri. Waktu telah membuatku menjadi begitu bosan. Entah, kesepian menjadi begitu mengerikan. Rasanya dunia menjadi begitu ciut dan aku hanya bisa duduk di sudut ruangan yang kurasa semakin lama semakin mengecil dan menelan tubuhku seketika.
Kadang aku menjadi takut ketika tua nanti, aku tiba-tiba sakit dan aku harus berusaha sendiri, mengambil air putih sendiri atau ke dokter sendirian. Aku kadang menjadi takut jika ternyata usiaku menjadi usai dan tak ada orang yang tahu. Aku takut jika semua itu terjadi.
Entah, bayangan masa tuaku menjadi terlalu menakutkan. Aku ingin bisa duduk di kursi malas di belakang rumah dengan anak cucu yang mengelilinginya.
Aku ingin duduk di kursi tua bersamamu, ketika senja turun di depan rumah. Aku ingin kita sama-sama membaca novel yang sama dan sesekali bertengkar karena kamu mendukung karakter A dan aku mendukung karakter B.
Aku ingin kita bisa mengenang masa muda kita, ketika kita dulu sama-sama saling jatuh cinta. Atau ketika kamu menjadi begitu gugup ketika mengatakan janji akad pernikahan. Atau ketika kamu menemaniku melahirkan anak laki-laki yang mewarisi mata dan senyummu. Atau ketika kita melihat anak kita menjadi juara renang di sekolahnya.
Aku ingin menua bersamamu, melengkapi hidupmu, menjadi orang pertama yang membuatku bangkit dari jatuh. Menjadi menatapku ketika kamu tertidur.
Aku ingin kamu tetap di sini. Tumbuh bersamamu, menua bersamamu dan lantas kita saling bergandengan tangan ketika senja tiba. Lalu aku sibuk membaca dan kamu menulis buku atau sebaliknya.
Aku ingin kamu di sini, menemani akhir tuaku. Itu sudah cukup bagiku, karena kamu telah melengkapi semuanya. Terima kasih banyak.
02032016
05.23 pm
Kadang aku menjadi takut ketika tua nanti, aku tiba-tiba sakit dan aku harus berusaha sendiri, mengambil air putih sendiri atau ke dokter sendirian. Aku kadang menjadi takut jika ternyata usiaku menjadi usai dan tak ada orang yang tahu. Aku takut jika semua itu terjadi.
Entah, bayangan masa tuaku menjadi terlalu menakutkan. Aku ingin bisa duduk di kursi malas di belakang rumah dengan anak cucu yang mengelilinginya.
Aku ingin duduk di kursi tua bersamamu, ketika senja turun di depan rumah. Aku ingin kita sama-sama membaca novel yang sama dan sesekali bertengkar karena kamu mendukung karakter A dan aku mendukung karakter B.
Aku ingin kita bisa mengenang masa muda kita, ketika kita dulu sama-sama saling jatuh cinta. Atau ketika kamu menjadi begitu gugup ketika mengatakan janji akad pernikahan. Atau ketika kamu menemaniku melahirkan anak laki-laki yang mewarisi mata dan senyummu. Atau ketika kita melihat anak kita menjadi juara renang di sekolahnya.
Aku ingin menua bersamamu, melengkapi hidupmu, menjadi orang pertama yang membuatku bangkit dari jatuh. Menjadi menatapku ketika kamu tertidur.
Aku ingin kamu tetap di sini. Tumbuh bersamamu, menua bersamamu dan lantas kita saling bergandengan tangan ketika senja tiba. Lalu aku sibuk membaca dan kamu menulis buku atau sebaliknya.
Aku ingin kamu di sini, menemani akhir tuaku. Itu sudah cukup bagiku, karena kamu telah melengkapi semuanya. Terima kasih banyak.
02032016
05.23 pm
This post have 4 comments
azeeggss, "aku ingin menua bersamamu..."
Replyjangan sampai salah ketik jadi, "aku ingin men(d)ua bersamamu."
alah, apasih dhir :))
bagus tuut, tulisannyaa hehe
Hahaha. Bener juga kalo sampe typo. Gagal romantis gitu, ya?
ReplyThanks sudah mampir :)
Ah entahlah, terlalu terkesima dengan kata-katanya. Bagus, kak.
ReplyDan, semoga harapan kakak tentang "kita"nya bisa menjadi kenyataan ya.
Wah, makasih ya, Fanny.
ReplyAamiin untuk doanya.
EmoticonEmoticon