Aku suka melakukan perjalanan panjang. Duduk di pinggir jendela kereta, dengan novel-novel yang entah sudah berapa kali kututup, lalu kubuka, lalu kubaca lagi. Begitu terus berulang-ulang.
Membosankan? Iya. Tapi aku terus saja melakukannya. Aku bodoh? Iya, aku bodoh sekali. Dan sebagai pembaca, kamu harus tahu bahwa aku bodoh, idiot, bego, tolol.
Orang yang duduk di sampingku adalah seorang perempuan berjilbab, memakai jeans ketat dan sibuk mematung. Katanya, ini adalah perjalanan terjauh pertamanya. Katanya, dia mau ke tempat tunangannya. No one cares.
Lima belas menit pertama dia bercerita. Aku mendengarkan, aku menanggapi, aku sesekali tertawa untuk merespon, but who cares. Bodo amat!
Aku suka melakukan perjalanan panjang, duduk di kereta, menyandarkan kepalaku ke jendela. Aku senang bertemu dengan orang-orang baru, lalu basa basi, menyapa, lalu berbicara tanpa saling bertanya nama masing-masing.
Ini adalah bagian yang menyenangkan dari sebuah perjalanan panjang. Talk to stranger. Bercerita dengan orang yang tidak kukenal sebelumnya membuatku jauh lebih lepas. Bagiku ini semacam membuang sampah yang sudah menumpuk di kepala dan nyaris membusuk. Menyenangkan bisa berbagi, bisa membuat tertawa orang yang bahkan baru beberapa menit bertemu. Menyenangkan bisa menertawanakan hidup yang kadang teramat pahit. Menyenangkan karena kami sama-sama tak peduli. Aku tak peduli cerita yang dia lontarkan benar atau salah. Dia juga tak peduli bagaimana aku akan melanjutkan hidupku.
Bagiku, hidup ini basa basi. Orang lain peduli dengan sesamanya dengan berbagai kepentingan. Sekarang, sulit sekali menemukan orang yang benar-benar tulus. Semuanya serba pura-pura, penuh skenario. Ini mungkin bisa jadi alasan kenapa ilmu ikhlas menjadi begitu sulit.
Ini caraku berdamai dengan diriku sendiri. Berbicara dengan orang asing terkadang jauh lebih menyenangkan meskipun aku tak peduli, orang lain pun sama-sama tak peduli. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk melepaskan semuanya. Membuang sampah di perjalanan bersama orang lain yang tak saling peduli.
2015.02.11
12.58 am
On the duty
Membosankan? Iya. Tapi aku terus saja melakukannya. Aku bodoh? Iya, aku bodoh sekali. Dan sebagai pembaca, kamu harus tahu bahwa aku bodoh, idiot, bego, tolol.
Orang yang duduk di sampingku adalah seorang perempuan berjilbab, memakai jeans ketat dan sibuk mematung. Katanya, ini adalah perjalanan terjauh pertamanya. Katanya, dia mau ke tempat tunangannya. No one cares.
Lima belas menit pertama dia bercerita. Aku mendengarkan, aku menanggapi, aku sesekali tertawa untuk merespon, but who cares. Bodo amat!
Aku suka melakukan perjalanan panjang, duduk di kereta, menyandarkan kepalaku ke jendela. Aku senang bertemu dengan orang-orang baru, lalu basa basi, menyapa, lalu berbicara tanpa saling bertanya nama masing-masing.
Ini adalah bagian yang menyenangkan dari sebuah perjalanan panjang. Talk to stranger. Bercerita dengan orang yang tidak kukenal sebelumnya membuatku jauh lebih lepas. Bagiku ini semacam membuang sampah yang sudah menumpuk di kepala dan nyaris membusuk. Menyenangkan bisa berbagi, bisa membuat tertawa orang yang bahkan baru beberapa menit bertemu. Menyenangkan bisa menertawanakan hidup yang kadang teramat pahit. Menyenangkan karena kami sama-sama tak peduli. Aku tak peduli cerita yang dia lontarkan benar atau salah. Dia juga tak peduli bagaimana aku akan melanjutkan hidupku.
Bagiku, hidup ini basa basi. Orang lain peduli dengan sesamanya dengan berbagai kepentingan. Sekarang, sulit sekali menemukan orang yang benar-benar tulus. Semuanya serba pura-pura, penuh skenario. Ini mungkin bisa jadi alasan kenapa ilmu ikhlas menjadi begitu sulit.
Ini caraku berdamai dengan diriku sendiri. Berbicara dengan orang asing terkadang jauh lebih menyenangkan meskipun aku tak peduli, orang lain pun sama-sama tak peduli. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk melepaskan semuanya. Membuang sampah di perjalanan bersama orang lain yang tak saling peduli.
2015.02.11
12.58 am
On the duty
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon