Kamis, 28 Januari 2016

author photo
bentar Dibaca

Tiga tahun lalu, tepat hari ini kita berjanji untuk bertemu. Di sebuah pantai dengan satu pohon besar cemara yang sudah menua.

Dulu, tiga tahun lalu, aku pernah mengukir nama kita di batang pohonnya. Kamu mengubur mimpi kita di bawah pasir, dengan botol kaca yang sengaja kamu lukis dengan cat berwarna merah marun.

Aku tertawa kecil mengingatnya. Percintaan kita terlalu naif dan kadang kekanak-kanakan. Tapi, aku bahagia walaupun hanya mengingatnya.

Hari ini aku datang. Sengaja aku tak mengabarkan kepulanganku. Kurasa kamu masih mengingat janji kita untuk bertemu kembali ke tempat ini. Aku begitu yakin kamu masih sama seperti tiga tahun lalu, sebelum aku pergi ke Paris untuk melanjutkan kuliahku.

Aku meletakkan tas besarku. Di tangan kananku, sebuket bunga kesturi masih terlihat segar. Aku menarik napas begitu bebas, begitu lepas seolah-olah kerinduanku selama tiga tahun ini akan segera terbayar lunas.

Senja sebentar lagi turun. Kulihat nama yang pernah kuukir di pohon itu masih bisa terbaca dengan jelas. Aku tersenyum kecil, nyaris seperti orang gila.

Aku membaringkan tubuhku di atas pasir. Wajah cantikmu menari-nari di atas kepalaku. Foto terakhirmu kuterima enam bulan lalu. Kupikir kamu akan tetap sama, atau mungkin bertambah cantik. Ah, bahkan untuk membayangkanmu saja aku sudah cukup bahagia.

Aku masih sibuk membayangkanmu ketika seseorang memanggil namaku. Aku sangat hafal suara itu. Suara seseorang yang sudah kunanti sejak tiga tahun lalu. Dinya Danindra, Perempuanku. Sudah kuduga. Aku tahu kamu pasti akan menunaikan janjimu.

"Hai, Dindin." Kusapa kamu dengan nama kesayanganmu.

Kamu tersenyum tipis, seperti teramat berat menarik bibirmu ke samping. Tapi bagiku senyummu tetap teramat manis. Aku tersenyum, buru-buru mengambil sebuket kesturi yang tergeletak di atas tasku.

"Apa kabar, Din?"

Aku mendekatimu, mencoba meraih tanganmu yang putih. Tapi tubuh kecilmu itu justru mundur satu langkah.

"Hei, kenapa?"

Kamu menunduk. Kamu bahkan belum sempat menggerakkan bibirmu, sekadar berbicara atau menyapku.

Seketika kita sama-sama diam, tanpa saling memandang, tanpa saling mengungkapkan sesuatu. Aku mendiamkan kebingunganku dulu. Kamu pasti akan menjelaskan semuanya padaku tentang apa yang sudah membungkam mulutmu.

Angin senja menampar rambutku. Kamu masih sibuk diam seperti sedang meyusun kalimat yang entah apa. Aku masih melihat wajahmu yang menunduk.

"Hai, kamu baik-baik saja? Aku bawakan ini untukmu." Kujulurkan buket kesturi itu di depan wajahmu.

Kulihat matamu berkaca-kaca. Aku tak juga melakukan apa-apa. Mulutku seolah-olah ikut terkunci.

"Maafkan aku."

Air matamu jatuh dan sayangnya aku tak juga paham. Aku mencoba menahan diri untuk tidak berbicara dulu, sampai kamu lekas mengatakan semuanya.

"Kuharap kamu tak akan marah." Bibirmu seolah-olah tercekat lagi. "Maafkan aku. Aku hanya ingin memberikanmu ini."

Kamu mengeluarkan benda kotak dari tas slempang yang kamu pakai. Sebuah benda yang terpampang gambar bunga dan sepasang cincin di atasnya. Benda yang sanggup membungkam mulutku. Benda yang membuatku merasa sia-sia karena merindukanmu.

Entah, tanpa aba-aba, benda kotak itu telah berpindah ke tanganku. Kamu menyeka air matamu, mencoba tersenyum meskipun terlihat sulit.

"Aku harap kita akan sama-sama bahagia. Terima kasih banyak telah mencintaiku, dulu."

Aku masih sibuk mematung. Tubuh yang kecilmu itu perlahan meninggalkanku. Seketika ada perasaan sakit yang mencengkeram ulu hatiku. Sakit sekali.

Sebuket bunga kesturi itu jatuh ke atas pasir. Kulihat lamat-lamat benda yang diberikan kamu tadi. Aku membaca namamu dan juga nama laki-laki yang bukan namaku. Entah, aku bahkan tak sanggup mengeja namanya.

Aku tertunduk. Rasanya aku nyaris limbung. Senja sudah berubah kelabu. Aku pasrah tanpa sanggup menuntut apapun. Sudah terlalu terlambat untuk melakukan itu semua. Perempuan yang masih kurindukan itu sudah berlalu meninggalkanku.

2015.01.28
10.04 pm

This post have 4 comments

avatar
Celoteh si bungsu delete 28 Januari 2016 pukul 22.55

inspirasi nya tanpa kouta nih. josh tenan

Reply
avatar
Anggi Bintang delete 29 Januari 2016 pukul 18.41

jadi baper 😢
main ke blogku yuks coffeebreakdua.blogspot.com ehehehehe

Reply
avatar
Laras delete 1 Februari 2016 pukul 16.25

Hehe.
Iya, nanti kunbal, ya.

Reply


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post