Seperempat hatiku menetap di pulau itu. Ah, tak perlulah kalian tahu bagaimana perhitungan ini bisa terjadi. Yang aku pahami, aku pernah meninggalkan masa kecilku di sana.
Aku merindukan kehidupannya yang tenang. Kata bapak, kecilku dulu pernah ada perang suku. Tapi aku tak pernah peduli. Bagiku, seutas lemang telah menyembuhkanku dari trauma teman-teman sebayaku.
Kata bapak, kecilku dulu aku pernah berangkat sekolah dikejar babi hutan. Tapi aku tak pernah peduli. Bagiku, kebun sawit telah menyelamatkanku dari hewan itu.
Kata bapak, kecilku kakiku pernah melepuh karena menginjak ilalang yang terbakar. Tapi aku tak peduli lagi. Bagiku Sungai Kapuas telah menyembuhkanku dari rasa sakit itu.
Kata bapak, kecilku dulu, aku pernah sakit parah dan pernah mati. Tapi aku tak pernah peduli soal itu. Bagiku, orang tua dan kedua kakakku telah menjadi penyembuhku dulu. Melihat mereka bahagia, bagiku sudah cukup menjadi alasan pergi untuk kedua kali.
Dan pulau itu telah menjadi masa lalu. Kata bapak, seperempat hidupku sudah berkembang di sana, bersama sawit yang tumbuh dengan ilalang. Katanya aku sudah dinanti Kapuas dan hutannya. Katanya... Aku nyaris mati mengingat pulau itu.
Semoga kedatanganku bulan depan tak disambut asap. Biar aku tak perlu sakit. Biar aku bisa berbagi cerita banyak hal. Aku tahu Tuhan baik. Dia akan segera mengirim hujan untuk Kalimantan dan kota lainnya. Terima kasih.
05.15 pm
2015.10.21
2015.10.21
This post have 2 comments
ReplyKarena kenangan akan memberikan banyak pelajaran :)
Kenangan yang tergenang. Begitu Mas Rezky?
ReplyEmoticonEmoticon